Senin, 30 Januari 2017

Grosir LED lampu : All About LED?

Standard
Grosir LED Lampu
Grosir LED Lampu

 Grosir LED lampu : All about LED


Belakangan ini LED (Light Emitting Diode) menjadi booming lantaran LED merupakan solid state of light yang bakalan menggantikan sumber cahaya lain yang dinilai sudah usang. Mengapa? Karena LED mempunyai banyak keunggulan daripada sumber cahaya lain, namun di balik semua keunggulan itu LED juga mempunyai kekurangan. Keunggulan LED yang paling utama adalah hanya membutuhkan paling sedikit energi listrik daripada sumber cahaya lain, dalam hal intensitas cahaya yang dihasilkan. Itu sebabnya LED diaplikasikan ke peralatan rumah tangga maupun peralatan elektronik yang lain seperti televisi. Namun, dalam perkembangannya sekarang ini. Dari sekian banyak LED yang beredar dari hasil banyak pabrik di luar negeri. Ada banyak hal yang harus dipikirkan masyarakat awam mengenai LED ini. Sudah ada pabrik besar yang memproduksi lampu LED, tapi harganya selangit. Memang untuk investasi lampu LED yang mahal itu lebih murah dilihat dari segi kualitas lampu, masa pemakaian lampu, dan pemangkasan biaya tagihan listrik.

Namun dari segi intensitas cahaya belum tentu dapat memenuhi keinginan konsumen yang kebanyakan masih mengacu dengan terang lampu Compact Fluorescent Lamp (CFL) yang sudah banyak dipakai dan beredar di pasaran. Perlu diketahui bahwa tidak semua LED itu cocok untuk semua aplikasi. Jadi ada banyak varian yang diperuntukan untuk masing-masing aplikasi tertentu, seperti halnya LED yang dipakai untuk televisi kemungkinan masih bisa dipakai untuk telepon seluler, tapi tidak untuk dipakai dalam aplikasi lampu penerangan jalan. LED itu adalah nama komponen elektronik, sedangkan LED lamp (lampu LED) itu adalah salah satu produk jadi dari sekian banyak produk LED seperti televisi maupun telepon seluler. Dalam satu lampu LED bisa saja terdiri lebih dari satu komponen LED, hal ini semata-mata hanya untuk menambah intensitas cahaya yang dihasilkan dari lampu LED tersebut.

Lampu LED pada umumnya adalah tipe downlight (cahayanya mengarah ke bawah) seperti halnya lampu etalase di toko-toko perhiasan, jam tangan, maupun toko-toko lainnya.Hal ini dikarenakan keunggulan dan kekurangan LED itu sendiri, dimana LED diproduksi dan didesain mengeluarkan cahaya yang bersinar terang pada sudut tertentu dari LED tersebut, jadi tidak lagi diperlukan reflector (rumah lampu pijar untuk mengarahkan dan memperkuat intensitas sinar yang dihasilkan lampu pijar). Untuk memahami karakteristik LED, Anda harus mengerti bagaimana dioda itu bekerja, karena LED adalah varian dari komponen dioda.
Dalam tulisan ini saya tidak akan menjelaskan karakteristik dioda secara detail seperti halnya dalam mata pelajaran Fisika maupun mata kuliah Elektronika Dasar. Dioda biasanya digunakan untuk menyearahkan arus bolak-balik (AC: alternating current) menjadi arus searah (DC: direct current). LED akan menyala apabila ada arus yang mengalir melewatinya, berarti LED juga dapat digunakan dalam tegangan AC, hanya saja juga ikut berkedip dan berhubung mata kita tidak dapat melihatnya maka terlihat menyala terus, karena tegangan AC yang kita pakai adalah 50 Hz (Hertz; artinya 50 kali hidup-mati dalam waktu 1 detik). Nah, dalam realitanya, LED tidak dapat langsung digunakan seperti halnya lampu pijar yang dapat langsung digunakan memakai tegangan AC 220 Volts yang biasanya dihasilkan oleh PLN dan dialirkan ke semua rumah maupun kantor. Hal ini juga berbeda tiap negara, di negara kita besarnya adalah 220 Volts.

Seperti halnya peralatan elektronika yang lain, untuk memakai LED tegangan harus diturunkan terlebih dahulu dan lebih baik diubah menjadi tegangan DC. Setahu saya, tidak ada LED yang memakai tegangan hingga 220 V, meskipun ada juga High Power LED yang memakai tegangan hingga 40 V. Ada banyak cara menurunkan dan mengubah tegangan AC menjadi DC, yaitu Power Supply (kita biasa mengenal dengan nama adaptor). Power Supply biasanya memakai transformator (trafo) dan rangkaian elektronik penyearah, namun ada juga yang tidak memakai transformator (Transformatorless Power Supply), seperti halnya charger telepon seluler yang bertipe Switching Power Supply (memakai IC Power), dan ada juga yang hanya memakai rangkaian paralel antara resistor dan kapasitor kemudian langsung terhubung rangkaian elektronik yang lain seperti LED. Saya tidak men-judge, tapi dari segi elektronika tidak dianjurkan memakai secara langsung dari power grid (listrik dari PLN) dengan rangkaian elektronik yang kita gunakan, terlebih lagi apabila akan digunakan dalam waktu yang lama setiap harinya; karena ada resiko kebakaran dan seseorang dapat tersengat arus listrik yang besar.

Switching Power Supply masih layak digunakan apabila komponen yang digunakan juga baik kualitasnya, namun tidak halnya dengan rangkaian paralel resistor dan kapasitor. Kebanyakan lampu LED yang murah (lebih murah daripada lampu LED pabrik terkenal, namun tetap saja mahal dibandingkan CFL) biasanya made in China dengan menggunakan LED yang made in China juga. Sekali lagi saya tidak men-judge sama rata, hanya saja biasanya lampu LED menggunakan rangkaian paralel resistor dan kapasitor untuk dialirkan ke LED yang ada pada lampu LED, dan biasanya juga LED yang digunakan adalah LED dengan kualitas yang kurang bagus. Untuk memberikan penilaian kualitas sebuah lampu LED, kita tidak dapat hanya memberikan penilaian berdasarkan sinar yang dihasilkannya pada saat kita ingin membelinya. LED juga punya masa pakai, yang bagus biasanya 50 ribu jam lebih, bahkan 100 ribu jam; tentunya hal ini sesuatu hal yang tidak mungkin kita buktikan saat kita ingin membelinya, tapi saat kita sudah membeli dan mencoba memakainya sendiri. Secara teori, LED yang baik adalah LED yang dapat menghasilkan intensitas sinar yang sama selama masa pakai yang lama pula (minimal 50 ribu jam pemakaian).

Instalasi untuk penggunaan lampu LED dari segi desain tidak sama dengan lampu CFL. Lampu LED lebih cenderung artistik, tidak seperti halnya di kebanyakan rumah hanya menggunakan satu titik lampu CFL untuk menerangi satu ruangan. Jika saya boleh jujur, penggunaan penerangan satu titik lampu untuk satu ruangan adalah sesuatu yang kurang bagus. Mengapa? Karena sudut ruangan yang jauh dari sumber penerangan akan terlihat gelap dan daerah yang dekat dengan sumber penerangan akan terlihat terang sekali. Kemudian biasanya juga, kita akan mengambil solusi menambah jumlah Watt lampu yang digunakan, dan hal ini berarti pemborosan; lihat saja tagihan listrik bulan depan. Di sinilah keunggulan lampu LED, bisa digunakan di banyak titik dalam satu ruangan dan seluruh ruangan mendapatkan cahaya yang lebih rata. Ini juga yang menyebabkan banyak orang berpendapat lampu LED kurang terang dibandingkan lampu CFL, karena mereka masih mengikuti pemikiran penerangan ruangan memakai dasar seperti pemasangan lampu CFL. Hal ini juga yang menyebabkan banyak pihak lebih suka untuk memasang lampu LED pada bangunan baru daripada bangunan lama, karena untuk memakai lampu LED harus menata kembali titik-titik lampu (fitting listrik untuk lampu) pada ruangan tersebut.

Kekurangan LED yang lain adalah untuk pemakaian LED 1 Watt ke atas (High Power LED), dibutuhkan heat sink sebagai pendingin, karena High Power LED mengeluarkan panas yang harus dialihkan dan dibuang agar tidak merusak LED itu sendiri. Biasanya kita dapat melihat pada casing lampu LED produksi pabrik-pabrik yang menggunakan kisi-kisi aluminium pada casing-nya, ini digunakan untuk membuang panas LED yang digunakan pada lampu LED tersebut. Bagaimana kita dapat mulai mengadopsi penggunaan LED dalam kehidupan sehari-hari? Hal ini tentunya berhubungan dengan keadaan finansial kita masing-masing.

Apabila dana kita terbatas, kita dapat memulainya dengan memodifikasi atau mengganti lampu-lampu yang relatif lebih kecil dan jarang digunakan dengan lampu LED, seperti lampu duduk meja belajar, lampu penerangan malam hari sewaktu seluruh orang tidur (biasanya tidak terlalu terang), lampu taman, lampu penerangan teras, atau bahkan lampu darurat (emergency lamp) dan lampu senter (torch). Dari pengalaman saya, saya sudah memakai lampu LED Philips yang saya beli dari nitip temen di USA dan hasilnya kurang memuaskan dan memakai tegangan AC 110 Volts; mahal pula (sekitar US$35 per bulb). Untuk itu saya kemudian memutuskan untuk mencoba sendiri mencari jalan tengah, tidak terlalu mahal dan memang tidak terlalu murah (LED masih import) namun saya dapat memakainya dalam kehidupan sehari-hari. Saya pribadi mulai mengadopsi LED dengan memodifikasi lampu duduk meja belajar yang kebetulan waktu itu lampunya sudah habis masa pakai; daripada beli lagi, mendingan saya modifikasi dengan LED.

Kemudian akhirnya lampu malam, lampu-lampu di rumah, hingga akhirnya lampu garasi dan teras rumah. Yang terakhir, saya memakai LED untuk sepeda motor dan mobil. Hei, tagihan listrikku jadi turun; bisa main komputer sampe malam, pakai mesin cuci lebih sering, dll. Lampu depan sepeda motor jadi lebih terang dan klaksonnya (saya pakai klakson mobil) jadi lebih nyaring, begitu juga dengan mobilku. He..he..he… :) Masih ada hubungannya dengan LED, waktu saya membeli LED dari luar negeri jadi mahal sekali dibandingkan harga jual ritel lokal. Padahal semestinya hanya terkena bea masuk (BM) 10% tanpa PPN, akan tetapi karena petugas bea cukainya sengaja atau tidak sengaja, hingga akhirnya LED yang saya beli dari luar negeri terkena BM 5% dan PPN 10%. Saran saya, seharusnya petugas bea cukai lebih mengerti dan memahami Harmonized System (HS) yang digunakan untuk klasifikasi barang import, dan sebaiknya LED tidak dikenakan BM karena semakin banyak yang memakai LED, berarti semakin kurang juga penggunaan listrik nasional.

Lokasi: Surabaya, Kota SBY, Jawa Timur, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar